NAMA : jaka yudha p.s
KELAS : 3 KB 03
NPM :21108057
TUGAS BAHASA INDONESIA
PEMANFAATAN BAHASA INDONESIA PADA TATANAN ILMIAH
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, Fungsi bahasa tersebut dibagi menjadi 5 (lima) :
1. Sebagai alat komunikasi,
2. Sebagai alat ekpresi diri,
3. Sebagai alat Kontrol social dan integrasi,
4. Sebagai alat adaptasi, dan
5. Sebagai alat berpikir.
Dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia bahasa Indonesia memainkan peran strategis. Kebijakan penerbitan bacaan pada dasa warsa kedua abad kedua puluh merupakan langkah nyata peran bahasa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa karena bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam penerbitan buku-buku bacaan rakyat.
Bahasa Indonesia mencapai puncak perjuangan politik sejalan dengan perjuangan politik bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bahasa Indonesia menjadi bahasa negara (Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 36) sehari setelah proklamasi kemerdekaan.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
1. lambang kebangsaan nasional,
2. lambang identitas nasional,
3. alat pemersatu berbagai kelompok etnik yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, serta
4. alat perhubungan antar budaya dan antar daerah.
Sementara itu, sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
1. bahasa resmi kenegaraan,
2. bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan,
3. bahasa resmi perhubungan pada tingkat nasional,
4. bahasa resmi pengembangan kebudayaan nasional,
5. sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern,
6. bahasa media massa,
7. pendukung sastra Indonesia, dan
8. pemerkaya bahasa dan sastra daerah.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan dan bahasa perhubungan pada tingkat nasional, bahasa Indonesia masih menemui kendala, yaitu masih ada sejumlah penduduk yang masih belum dapat berbahasa Indonesia. Dari hasil sensus penduduk tahun 2000 ada 15.637.949 penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih buta aksara, 7,58% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia, 206.264.595 orang.
Sebagai bahasa pengantar resmi dalam dunia pendidikan, kenyataan menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan dasar penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar masih dicoraki oleh pengaruh bahasa daerah yang hidup di lingkungan sekolah. Selain itu, penggunaan bahasa Indonesia dalam buku-buku pelajaran masih memiliki kelemahan, yaitu masih terdapat kesalahan-kesalahan bahasa di dalam buku-buku tersebut. Padahal, buku-buku itu menjadi pegangan siswa yang sehari-hari dibaca dan dipelajarinya. Sementara itu, kemampuan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah masih menunjukkan ketidak cermatan penggunaan bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, bahasa Indonesia dihadapkan pada kekurangan kosakata termasuk peristilahannya. Berbagai konsep ilmu dan teknologi dari luar yang menggunakan bahasa asing belum seluruhnya dapat dialihkan dengan cepat ke dalam bahasa Indonesia, walaupun telah tercatat 78.000 lema kata umum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2001) dan 264.000 istilah dalam berbagai bidang ilmu.
Selain berbagai faktor internal tersebut, arus globalisasi yang didukung teknologi informasi ikut memacu perkembangan bahasa Indonesia, terutama dalam persiapan memasuki tatanan kehidupan dunia yang baru.
Tatanan kehidupan dunia yang baru telah membuka lembaran baru dalam kehidupan umat manusia. Kehadiran teknologi informasi (seperti telepon, faksimile, dan internet) dengan kemampuan daya jangkau yang dapat menerobos batas ruang dan waktu telah melahirkan keterbukaan sehingga dunia ini bagaikan sebuah desa global. Teknologi informasi itu menggunakan bahasa sebagai pengantar maka dalam media itu terpajang berbagai macam bahasa dunia. Dalam kondisi seperti itu sebenarnya tidak hanya terjadi persaingan secara terbuka produk dan jasa, tetapi telah terjadi juga persaingan secara terbuka antara bahasa yang satu dan bahasa yang lainnya. Kondisi itu bisa membuat orang berpikir bahwa bahasa menjadi sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaa pemantapan peran bahasa Indonesia, terutama sebagai alat pemersatu bangsa.
Langkah utama yang perlu dilakukan ialah mempercepat pengembangan kosakata bahasa Indonesia sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia di tengah-tengah tatanan kehidupan baru, globalisasi.
Selain faktor bahasa, jumlah penutur bahasa Indonesia, jika dukur dari jumlah penduduk, urutan keempat penduduk besar dunia, tentu merupakan kekuatan besar dalam penempatan posisi bahasa Indonesia di antara bahasa-bahasa lain. Namun faktor pilitik, ekonomi, sosial budaya, dan mutu sumber daya amnusia lebih memainkan peran dalam penentuan posisi suatu bangsa dalam tatanan kehidupan global. Oleh karena itu, peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan syarat utama dalam peningkatan posisi bahasa Indonesia dalam tatanan kehidupan global tersebut. Satu-satunya upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia harus dilakukan melalui penngkatan mutu pendidikan, termasuk di dalamnya peningkatan mutu pendidikan bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia menjadi pintu gerbang penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, perlu ditempuh strategi pemantapan peran bahasa Indonesia dalam memasuki tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, tersebut.
Permasalahan tadi memberikan gambaran betapa penting pemantapan peran bahasa Indonesia dalam persaingan kehidupan global. Untuk itu, perlu diupayakan peningkatan mutu daya ungkap bahasa Indonesia. Peningkatan mutu tersebut mencakup percepatan pengembangan kosakata/istilah bahasa Indonesia dan pengembangan sistem bahasa (tata bahasa). Pengembangan kosakata memiliki tiga kelompok bahasa sumber, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.
Kamus bahasa Indonesia merupakan sumber penembangan kosakata bahasa Indonesia, baik kosakata yang masih aktif maupun kosakata yang tak aktif. Kosakata yang masih aktif dapat dimanfaatkan dalam pengembangan konspe bahasa Indonesia melalui pemanfaatan sistem tata bahasa (afiksasi : menggesa, digesa) ataupun melalui pembentukan akronim (wartel, bandara dan valas). Sementara itu, kosakata yang tidak dimanfaatkan oleh penutur bahasa (kata-kata usang) dapat dihidupkan kembali untuk memperkaya berbagai konsep karena pemanfaatan itu akan memperkaya cakrawala dan variasi kosakata bahasa Indonesia.
Selain bahasa Indonesia, bahasa daerah atau bahasa serumpun dapat menjadi pemerkaya kosakata bahasa Indonesia. Kekayaan budaya yang tercermin pada sekitar 665 bahasa daerah dapat menjadi pemerkaya kosakata bahasa Indonesia. Pengamatan selama ini menunjukkan bahasa bahasa daerah ayng berpenutur besar memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan kosakata bahasa Indonesia. Sementara itu, bahasa daerah yang berpenutur kecil kurang memberikan sumbangan terhadap pengembangan kosakata bahasa Indonesia. Untuk itu, dalam perencanaan ke depan perlu diperhatikan keseimbangan sumber pengembangan kosakata dari bahasa daerah yang berpenutur besar dan bahasa daerah yang berpenutur kecil. Dengan demikian, kamus-kamus bahasa daerah yang tleh disusun, baik oleh Pusat Bahasa maupun oleh pihak lain, perlu dimfnaatkan dalam penggalian kosakata bahasa daerah. Selain keseimbangan, hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan kosakata bahasa daerah ialah penyesuaian terhadap kaidah bahasa Indonesia, baik sistem tulis maupun lafalnya, bagi kata-kata bahasa daerah yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Pemanfaatan kosakata bahasa daerah itu juga akan memperlihatkan ciri keindonesiaan, yaitu keragaman budaya Indonesia yang diwarnai oleh budaya daerah yang terlihat pada kosakata dari bahasa daerah, terutama kosakata bahasa daerah yang tidak terdapat padanya dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, penelitian tentang kehidupan sosial budaya masyarakat etnik di Indonesia ini akan sanat bermanfaat dalam upaya ke arah itu.
Penyerapan kosakata bahasa asing selama ini dilakukan melalui penerjemahan atau pemadanan ke dalam kosakata bahasa Indonesia atau bahasa daerah serta pemungutan kosakata asing, baik melalui penyesuaian tulisan dan/atau lafal maupun tanda perubahan keduanya. Pemadanan ke dalam bahasa Indonesia lama (kosakata takaktif) atau pemadanan ke dalam bahasa daerah kurang mendapat tanggapan positif dari sebagian masyarakat karena kata-kata bahasa daerah itu belum dikenal oleh masyarakat, kecuali masyarakat bahasa daerah itu belum dikenal oleh masyarakat, kecuali masyarakat bahasa daerah yang bersangkutan. Kelompok masyarakat yang lainnya lebih cenderung memungut kata/istilah asing daripada kosakata bahasa daerah. Di samping itu, penggunaan kata/istilah asing tersebut juga didorong oleh kenyataan kurang tersedianya kosakata padanan dalam bahasa Indonesia, terutama kosakata bidang ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, untuk mempercepat proses pengailiah konsep dari bahasa asing, perlu dilakukan peninjauan kembali tata cara/prosedur pembentukan kata/istilah baru.
Pengembangan kosakata tanpa penggunaannya secara tepat tidak akan mendukung upaya pemantapan peran bahasa Indonesia di tengah-tengah persiapan memasuki tatanan kehidupan global. Oleh karena itu, selain pengembangan kosakata, langkah yang harus ditempuh ialah peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia di seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan mutu itu dapat dilakukan melalui pendidikan bagi generasi penerus. Untuk itu, perlu dicari upaya peningkatan mutu pendidikan secara komprehensif, jangan hanya melihat sektoral, seperti kurikulum, buku ajar, dan metode. Upaya itu harus mencakup semua komponen yang terkait dengan pendidikan, seperti guru (termasuk perguruan tinggi pencetak guru), manajemen sekolah, dan sarana/prasarana, dengan melibatkan orang tua dan masyarakat, selain sudah barang tentu, pemerintah. Pada tanggal 2 Mei 2002 yang lalu telah dicanangkan Geraka nasional Peningkatan Mutu pendidikan oleh presiden Republik Indonesia.
Upaya peningkaan mutu pendidikan itu harus dipicu oleh upaya peningkatan mutu pendidikan bahasa Indonesia (termasuk sastra karena bahasa Indonesia menjadi kunci keberhasilan penguasaan bidang studi yang lainnya. Dengan demikian, lulusan pendidikan memiliki mutu penggunaan bahasa Indonesia yang memadai sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan yang dilaluinya. Melalui pendidikan pula dapat ditingkatkan apresiasi sastra Indonesia sehingga keberhasilan pendidikan apresiasi itu akan meningkatkan sikap positif generasi penerus terhadap bahasa Indonesia. Kekayaan akan kosakata dan keindahan dalam seni sastra itu akan memupuk rasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai milik bangsa Indonesia dan hal itu akan memberikan motivasi untuk memelihara dan menggunakannya secara baik sesuai dengan keperluan dalam memasuki tatanan kehidupan global. Dengan demikian, mereka dapat mengaktualisasikan amanat Sumpah Pemuda 74 tahun yang lalu “menunjungjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia,” dalam kehidupan masa kini.
Bagi generasi yang kini sedang memainkan peran, seperti aparat pemerintah, pelaku ekonomi, pendidik, penulis, dan wartawan, upaya perluasan wawasan dan peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan. Perluasan wawasan tentang bahasa itu dapat dilakukan melalui penyediaan berbagai pedoman, seperti tata bahasa, kamus, tesaurus, dan buku-buku petunjuk yang dapat menuntun penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penyediaan sarana itu penting mengingat bangsa Indonesia kini harus mengubah orientasi dari budaya dengar-bicara menuju budaya baca-tulis.
Bagi masyarakat yang masih buta aksara dan belum dapat berbahasa Indonesia, perlu dilakukan terobosan melalui paket-paket belajar yang setaraf sekolah dasar agar mereka dapat mengejar kemajuan masyarakat lainnya dalam satu kesatuan kebangsaan yang akan memasuki tatanan kehidupan global.
Kesimpulan
Pada suatu karya tulis ilmiah, bahasa memegang peranan penting dalam proses penulisan dan penyusunannya. Dalam penyusunan suatu tulisan yang berkonsep ilmiah harus menggunakan bahasa yang baku dan ejaan yang benar serta sistematika penulisan yang terstruktur. Dalam pembuatan penulisan ilmiah seperti skripsi, tesis dan disertasi, memiliki penyusunan yang berbeda dengan menyusun suatu tulisan yang bersifat non ilmiah. Bahasa yang digunakan pada penulisan ilmiah pada umumnya menggunakan bahasa yang biasanya jarang muncul pada kamus bahasa Indonesia Selain dari segi bahasa dan kata yang digunakan dalam penulisan ilmiah ada berbagai macam faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penulisan ilmiah yaitu:
1. Gunakanlah kata yang umum dikenal.
2. Gunakan kalimat yang sederhana sehingga karya tulis dapat mudah dimengerti dan dipahami.
3. Gunakan tata bahasa serta ejaan yang disempurnakan (EYD), dimana harus diakhiri dengan tanda titik dan koma.
4. Gunakan bahasa yang singkat, padat dan jelas.
5. Sumber atau informasi digunakan dalam pembuatan penulisan ilmiah harus dicantumkan.
Setelah memperhatikan dalam segi penulisan penggunaan tata bahasa maka dalam penulisan ilmiah ditambahkan suatu kesimpulan yang berisikan apa saja yang dikerjakan dalam penyusunan karya tulis dari tahap awal sampai akhir. Dengan demikian bahasa Indonesia sangat berperan dalam penyusunan karya tulis yang memiliki konsep ilmiah.
PEMANFAATAN BAHASA INDONESIA PADA TATANAN SEMI ILMIAH
Apa yang dikatakan oleh Thomas Alva Edison ini sungguh menarik bagi saya. Dahulu saya menganggap suatu keberhasilan itu adalah sekedar berkaitan dengan nasib seseorang, jika nasib orang tersebut telah ditakdirkan sial terus seumur hidup, maka selama menjalani sisa hidup yang ada, tak ada satupun keberuntungan singgah di dirinya itu. Tetapi barulah saya tersadar betul saat membaca dan menonton film berjudul Secret (Rahasia) karya Rhonda Byrne, bahwa semua yang ada dalam benak ini ternyata salah besar!
Acapkali kita merasa bahwa segalanya dalam hidup ini telah terjatah oleh kehendak Yang Kuasa. Jika seseorang memang sudah ditakdirkan kaya raya, maka memang itulah yang seharusnya, dan apabila kita ditakdirkan miskin maka memang mustahil kita akan menjadi kaya. Padahal diserukan oleh Rasulullah, ”Allah tak akan merubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri.”
Kata orang tua jaman dulu, ”Nak, gantungkan cita-citamu setinggi langit!” Itu memang benar adanya, orang tua dahulu mungkin lebih bijak dalam memotivasi diri sang anak agar memiliki satu tujuan yang harus dicapai dalam hidupnya. Orang tua dahulu tidak segan memberikan permainan yang mengarah pada cita-cita sang anak, misalnya saja si anak bercita-cita jadi seorang dokter. Guna mendorong keinginan tersebut agar terwujud maka orang tua memberikan set permainan dokter-dokteran kepada si anak.
Dalam suatu kuliah yang saya berikan, saya bertanya kepada para mahasiswa satu persatu,”Apa yang ada dalam bayanganmu berupa harapan tentang dirimu 10 (sepuluh) tahun mendatang?” Maka bermunculanlah jawaban klasik yang bisa ditebak, mereka rata-rata menyatakan dirinya ingin menjadi orang yang sukses, memiliki pekerjaan yang bagus, keluarga sakinah. Maka saya lanjutkan lagi pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut diatas, ”Bisakah kamu bayangkan wujud kesuksesan seperti apakah yang telah tergambar nyata dalam benakmu? Lalu posisi apa yang kau lihat 10 tahun lagi, dan istri atau suami seperti apa yang akan kau peroleh nanti? Apakah kalian hanya berangan-angan ataukah ini sudah menjadi cita-cita yang harus diwujudkan?” Maka dengan ragu-ragu mereka menjawab, ”Wah, kalau hal seperti itu sih belum, Pak! Kita kan tak tahu nasib kita nantinya!”
” Kenapa kalian takut bahkan untuk bermimpi? Itu semua yang kalian harapkan sudah tersedia, hanya niat dan tekad bulat serta sasaran berupa cita-cita yang belum kalian perdulikan,.” Kata saya,” Apakah tak seorangpun diantara kalian yang berani membayangkan dirimu pada saat setiap pagi bercermin, sebagai seorang pemilik 10 perusahaan besar, dengan baju jas seharga 3 juta, didampingi oleh seorang istri yang setia, dan begitu kalian keluar dari pintu kamar kos kalian, yang tergambar dalam benak adalah sebuah mobil mewah siap mengantarmu menuju kantor?”
” Jika kita setiap hari membayangkan hal tersebut, dan merasa hal itu pasti akan terwujud, maka secara tidak sadar, keinginan, cita-cita dan harapan ini tertanam dalam alam bawah sadarmu, serta menjadi do’a yang tak berkeputusan setiap saat.”
Seperti kata Edison diatas tadi, semua hal itu pasti terwujud. Semua yang ada dalam bayangan kita sebetulnya memang sudah diciptakan oleh Tuhan, entah itu berupa pasangan hidup, kekayaan melimpah, mobil mewah, rumah gedung, pekerjaan yang hebat. Semua sudah ada, hanya saja kita sering tak menyadarinya.
Manusia itu bagaikan magnet yang menarik apa saja menuju ke dirinya, yang menentukan adalah kekuatan fikiran manusia, serta tekad bulat untuk memperolehnya. Semua pasti akan didapatkan, semua akan tercapai, hanya soal waktulah yang menentukan. Pikirkan hal-hal yang positif dalam hidup ini, maka segala hal yang positiflah yang akan datang menghampiri. Tetapi apabila kita berfikir secara negatif, maka hal-hal yang buruk yang akan kita dapatkan.
Memang segalanya tak serta merta akan kita peroleh begitu saja dengan mudah. Coba Anda bayangkan, jika Anda berfikir tentang gajah, dan ingin memelihara gajah saat nonton acara televisi diruang keluarga, dengan tiba-tiba ada seekor gajah disamping kalian. Betapa kacaunya keadaan saat itu. Anda akan mendapatkan yang Anda inginkan saat diri Anda memang sudah siap untuk itu. Jika belum siap, maka kita akan menempuh perjalanan dalam rangka mempersiapkan diri. Acapkali pula kita dihadang oleh kegagalan, tapi jika kita bertekat bulat, maka semua itu akan dapat terwujud.
Kegagalan biasanya merupakan langkah awal menuju sukses, tapi sukses itu sendiri sesungguhnya baru merupakan jalan tak berketentuan menuju puncak sukses. (Lambert Jeffries)
Memang jalan yang kita tempuh ada kalanya panjang sekali dalam rangka mencapai yang kita harapkan, sebut saja Edison, dalam upayanya menciptakan lampu pijar, harus mengalami beberapa banyak kegagalan, tetapi hasilnya, dengan penemuannya itulah maka wajah dunia telah berubah, dari konsep lampunya maka sekarang kita bisa menikmati cahaya terang walau di malam hari. Atau kisah Kolonel Sander yang harus masuk-keluar 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) restoran, untuk menawarkan resep ayam gorengnya, dan pada restoran ke seribu yaitu KFC, ternyata resepnya diterima, dan sekarang tersebar di seluruh dunia.
Kita tak perlu tahu secara persis bagaimana wujud yang kita harapkan terjadi, yang penting disini kita hanya perlu melangkah secara sungguh-sungguh untuk mencapainya. Jika Anda ingin pergi ke Kutub Utara, apakah Anda sudah tahu secara persis wujud kutub tersebut? Yang penting bukan melihat wujudnya, tetapi terus melangkah kearah yang benar dengan menggunakan peta ataupun kompas yang tersedia sebagai penunjuk arahnya. Mungkin selama perjalanan, kita akan terhadang gunung es ataupun taufan badai, tapi itu hanyalah hambatan langkah Anda menuju kesuksesan. Bahkan jika dapat, kita jadikan hambatan itu sebagai pelajaran saat melangkah lebih jauh lagi!
Tiada yang kebetulan dalam hidup kita, karena kekuatan niat, tekat, cita-cita, keinginan, dan harapanlah yang menjadikan semua itu terwujud. Semua memang sudah ada dalam otak dan hati kita, hanya bagaimana kuatnya niat yang ada dalam diri kitalah yang menentukan cepat atau tidaknya harapan itu kan terjadi. Jadi sekali lagi bukan karena kebetulan.
Maka mari bersama-sama kita berusaha mengubah mind-set yang ada, segala sesuatu bernilai negatif , misalnya, ketidak-berdayaan, ketidak-cantikan atau ketidak-tampanan, ketidak-mampuan, ketidak-mengertian, dan macam-macam ketidak-an yang bernilai negatif itu menjadi lawan katanya yang jelas bernilai positif. Tetapi harus kita ingat, jika keberhasilan itu biasanya hanya hinggap pada satu orang saja, maka tingkatkanlah menjadi kebergunaan akan keberhasilan yang telah Anda nikmati sehingga juga bisa dinikmati oleh orang lain.
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.(Einstein)
PEMANFAATAN BAHASA INDONESIA PADA TATANAN NON ILIMIAH
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum :
- Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.
- Pergi!
- Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.
- The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)
Dalam Bahasa Indonesia, Huruf dibagi menjadi empat kelompok, yakni :
1. Huruf Vokal atau Huruf Hidup
Huruf Vokal adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan. Jumlah huruf vokal ada 5, yaitu a, i, u, e, dan o.
2. Huruf Konsonan atau Huruf Mati
Huruf Konsonan adalah bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapatkan hambatan atau halangan. Jumlah huruf konsonan ada 21 buah, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
3. Huruf Diftong atau Huruf vokal Rangkap
Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang menghasilkan bunyi rangkap. Dalam Bahasa Indonesia huruf diftong berbentuk ai, au, dan oi. Contoh : Bangau, Pakai, Sengau, Perangai, dsb.
4. Huruf Konsonan Rangkap
Gabungan dua huruf konsonan ada 4 buah dalam bahasa indonesia, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Contohnya : nyamuk, syarat, kumbang, khawatir, dsb.
Huruf adalah sama juga dengan Aksara yaitu unsur dari abjad yang melambangkan bunyi. Abjad dalam Bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf.
Dua puluh enam (26) Abjad dalam Bahasa Indonesia
1. Huruf A / a dibaca a
2. Huruf B / b dibaca be
3. Huruf C / c dibaca ce
4. Huruf D / d dibaca de
5. Huruf E / e dibaca e
6. Huruf F / f dibaca ef
7. Huruf G / g dibaca ge
8. Huruf H / h dibaca ha
9. Huruf I / I dibaca i
10. Huruf J / j dibaca je
11. Huruf K / k dibaca ka
12. Huruf L / l dibaca el
13. Huruf M / m dibaca em
14. Huruf N / n dibaca en
15. Huruf O / o dibaca o
16. Huruf P / p dibaca pe
17. Huruf Q / q dibaca qi
18. Huruf R / r dibaca er
19. Huruf S / s dibaca es
20. Huruf T / t dibaca te
21. Huruf U / u dibaca u
22. Huruf V / v dibaca ve
23. Huruf W / w dibaca we
24. Huruf X / x dibaca eks
25. Huruf Y / y dibaca ye
26. Huruf Z / z dibaca zet
Seperti kita ketahui pada saat kita semua masih berada di bangku Sekolah Dasar (SD), kita diajarkan oleh bapak / ibu guru kita mengenai Bagaimana cara ber-bahasa Indonesia dengan benar. Struktur serta tatanan Bahasa Indonesia adalah salah satu yang kita pelajari. Seperti halnya grammar pada bahasa Inggris, dalam posting kali ini saya akan membahas sedikit mengenai struktur bahasa Indonesia.
- Kalimat adalah kumpulan / gabungan dari beberapa kata yang membentuk dan mempunyai struktur atau pola yang berkaitan. ( S + P + O + K )
- Kata adalah bagian terkecil dari kalimat yang terdiri dari kumpulan / gabungan beberapa suku kata yang terangkai dan mempunyai makna atau arti. ( S ) ( P ) ( O ) ( K )
- Sukukata adalah bagian terkecil dari kata dan yang paling terkecil dari kalimat dan sudah tidak bisa di uraikan kembali.
A , B , C , D , E , F , …dst adalah merupakan dari sukukata.
Ibu, budi, di, dan, yang, … dst adalah merupakan dari kata.
Ibu Budi pergi ke pasar adalah merupakan dari Kalimat.
Apakah rangkaian kata dibawah termasuk kalimat ?
Ibu budi
Asal muasal Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Baris-baris pada prosa dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi terkadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengeti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi.
Rabu, 06 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar